Kamis, 18 Desember 2008

Langkah Bijak Memilih Media

Saat ini kita hampir-hampir tak bisa lagi mengelak dari terpaan media. Mulai dari bangun tidur, mambuka mata, mandi, sarapan, pergi bekerja, hingga pulang lagi ke rumah sampai menjelang tidur lagi, tak bisa dihitung berapa banyak mata dan teinga kita berbenturan dengan media Media laksana senjata api, kreatifitas adalah pelurunya, dan pesan promosi adalah amunisi yang siap meledak dan 'meracuni' benak sasaran. Secanggih apapun senjata 'media' jika peluru kreativitas tidak tajam, maka sangat mungkin sasaran meleset atau bahkan tidak kena sama sekali. Demikian juga setajam apapun peluru 'kreativitas' jika senjatanya kurang canggih, maka bisa jadi peluru tidak sampai pada sasaran. Kreatif dan media adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Meskipun demikian, kita tidak bisa mengabaikan peran sniper yang akan menembakkan pelurunya. Untuk itulah diperlukan data mengenai sasaran yang akan dibidik, sehingga efektifitas media bisa maksimal.

Konsep relativisme yang diusung profesor 'jabrik' Albert Einstein, barangkali bisa diterapkan dalam kaitannya dengan terpaan media. Secangkir teh hangat yang dihidangkan pagi hari menjelang berangkat kerja, bisa jadi rasanya berbeda dengan ketika dihidangkan sore hari dalam suasana yang lebih santai, apalagi ditemani sepiring pisang goreng dan harian sore. Meski tehnya sama, cangkirnya sama, tapi ketika suasana pagi serba terburu-buru dan pikiran sudah berangkat duluan meninggalkan badan (karena urusan kantor yang harus diselesaikan pagi hari), maka manisnya, kentalnya, dan hangatnya teh tersebut tak senikmat ketika diminum sore hari. Artinya apa? Pesan pemasaran yang baik adalah yang tepat tempat, tepat waktu, tepat situasi dan tentu saja tepat sasaran.
Beberapa pertimbangan ketika akan menentukan media pemasaran adalah; Pertama, Media habit. Jika ingin memasarkan sekolah menggunakan media televisi, maka harus dilihat, kebiasaan calon wali murid yang menjadi sasaran, jam berapa biasanya menonton televisi? Acara apa yang biasanya di tonton? dan sebagainya. Demikian juga ketika memutuskan untuk menggunakan media cetak, media luar ruang, atau media yang lain.
Kedua, Product. Meski sama-sama media cetak misalnya, berbeda produk, maka berbeda pula media cetaknya. Memasarkan produk untuk anak-anak, maka akan lebih tepat di majalah anak-anak. Sementara untuk produk kaum ibu, lebih tepat menggunakan media tabloid wanita. Meskipun perlu dipertimbangkan lagi, tabloid wanita yang mana yang sering dibaca kaum ibu dan relevan dengan produk yang ingin dipasarkan. Jika salah menentukan media –kaitannya dengan produk- maka bisa berimbas negatif terhadap citra produk Misalnya sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu, kurang relevan jika diiklankan di tabloid wanita yang banyak foto-foto yang mengumbar aurat.
Ketiga, Message. Pesan pemasaran yang ingin disampaikan. Media spanduk, akan lebih efektif ketika hanya memuat pesan-pesan yang sifatnya singkat namun menarik. Karena jarang sekali, pembaca spanduk adalah orang yang menyengaja datang hanya untuk membaca informasi yang ada di dalamnya. Sehingga dibutuhkan kemasan pesan yang simpel dan 'mengganggu' baik tulisannya, warnanya maupun gambarnya. Betapa sering kita jumpai spanduk yang berjubel, berderet tulisan kecil-kecil, semua informasi dimasukkan, sehingga beban dan tugas spanduk menjadi cukup berat. Padahal pembaca spanduk kebanyakan adalah pengendara sepeda motor atau mobil, sehingga akhirnya informasi yang disampaikan bahkan tidak terbaca. Meski sama-sama spanduk rentang, pemasangan di jalan tol dengan arus pengendara yang melaju cepat, dibanding spanduk yang dipasang di pojok jalan dekat lampu merah, hendaknya karakter pesannya juga berbeda. Belum lagi media lain, seperti iklan koran, brosur, iklan radio dan sebagainya.
Keempat, Budget. Bagaimana jika biaya media ternyata cukup mepet? Maka pemilihan media harus lebih selektif. Media-media sekunder mungkin perlu dibatasi. Apakah media utama harus televisi yang banyak dilihat orang? Sementara biaya tidak mencukupi, dan segman yang akan dibidik tidak seluas penonton televisi? Maka media utama bisa berupa spanduk di jalan-jalan, atau brosur yang didistribusikan langsung ke sasaran potensial.
Sebenarnya masih cukup banyak faktor-faktor yang harus dipertimbangkan ketika akan menetapkan pemilihan media. Baik jenis media, jangkauan media serta karakteristik media. Paling tidak, ketika tim promosi sekolah memahami beberapa hal tadi, harapannya ketika memutuskan untuk menggunakan brosur atau spanduk rentang sebagai media, tentu sudah melewati berbagai pertimbangan yang matang. Sehingga tidak terjadi pemborosan biaya media, karena baik desain, isi, maupun distribusi dan penempatan yang salah. Karena distribusi yang tepat sasaran akan memengaruhi decision maker untuk mengambil keputusan, bahwa sekolah Anda adalah pilihan utama. Semoga. [Budi Yuwono]

Tidak ada komentar: